Senin, 15 Februari 2010

2004 10 04 | JazzSphere@ArtSpace feat. simakDialog

Share
Selasar Sunaryo Artspace
Jl. Bukit Pakar Timur no. 100

Setelah sebelumnya mengalami pengunduran waktu penyelenggaraan yang rencananya akan diselenggarakan tanggal 12 September, jazzsphere@artspace akhirnya berhasil diselenggarakan dengan tanpa halangan yang berarti pada hari Minggu, tanggal 2 Oktober 2004.
:: Desain Poster yang disiapkan oleh Klab Jazz namun tidak jadi digunakan.

ASAL MUASAL
Berawal dari keinginan Pak Sunaryo yang menginginkan ada penyelenggaraan musik yang sifatnya apresiasi di Selasar Sunaryo Art Space, pada pertengahan bulan Juni 2004 Pak Sunaryo menghubungi KlabJazz untuk mencari tahu apakah KlabJazz dapat membantu usaha atau keinginan di atas tersebut.

KlabJazz yang telah lama mengidamkan tempat di Selasar Sunaryo Art Space (khususnya Amphitheater) untuk penyelenggaraan jazz sejak tahun 1998, tanpa pikir panjang langsung menyanggupinya. Pada pertemuan pertama ini dilontarkan kriteria-kriteria bagi artis yang akan bermain; akustik, populer dan dana terjangkau. Kriteria ke-4 yang ada dalam benak KlabJazz, walau tidak jelas-jelas diungkapkan adalah: apresiatif.

PROSES MELOBI
Setelah hampir 2 bulan KlabJazz belum juga memperoleh kepastian tentang siapa yang akan ditampilkan, satu dari tiga nama yang KlabJazz hubungi akhirnya memberikan jawaban. Mereka adalah simakDialog.

PRA PENYELENGGARAAN

simakDialog adalah sebuah kelompok jazz yang telah berdiri sejak tahun 1993. Jalur musik jazznya pada saat berdiri akrab dikenal dengan fusion. Memadukan elemen-elemen musik jazz dengan musik jazz Eropa atau yang umum dikenal dengan new age dengan di sana-sini disisipi sedikit elemen-elemen musik rock, pop dan musik tradisi. Elemen musik tradisi simakDialog pada tahun-tahun terakhir terasa semakin kental dengan digunakannya instrumen musik Sunda yaitu kendang ke dalam format musik mereka. Kendang di sini tidak sekedar digunakan sebagai pemanis tetapi sudah digunakan sebagai instrumen utama. Hal ini terlihat dari tidak digunakannya instrumen drum samasekali. Terlebih lagi pemusik yang diajak untuk mengisi posisi ini adalah seorang musisi yang memang menekuni dan mendalami musik dan instrumen kendang.

Salah satu yang tersirat dari misi KlabJazz “memasyarakatkan musik jazz” adalah memperkenalkan musisi-musisi jazz pendatang baru ke khalayak masyarakatnya. Oleh karena itu kehadiran Riza Arshad & Tohpati cs., yang notabenya telah dikenal luas ini merupakan momentum yang tepat untuk sekaligus memperkenalkan beberapa musisi jazz kota Bandung ke masyarakatnya. Keinginan KlabJazz untuk memberi kesempatan musisi-musisi kota Bandung tampil dalam sebuah “Kelompok Pembuka” pada saat pementasan simakDialog disetujui oleh Riza Arshad dua minggu sebelum waktu pementasan. Tawaran pertama diberikan kepada kelompok ARAB (Ali, Rudy, Ari dan Boyke) menimbang mereka pernah menawarkan diri menjadi kelompok pembuka. Setelah ARAB mengkonfirmasi bahwa mereka tidak jadi tampil, Krishnan Mohamad adalah musisi pertama yang menyanggupi untuk mengisi peran “Kelompok Pembuka”, oleh karena nama yang akan tampil sudah harus diserahkan ke bagian publikasi untuk dimuat di poster , Krishnan Mohamad Project adalah nama yang cukup memadai pada saat itu untuk mengisi nama “Kelompok Pembuka”. Beberapa nama sempat dihubungi, namun pada akhirnya drummer Henky, biolinis Nia dan akordeonis/vokalis Tiwi yang muncul melengkapi Krishnan pada gitar akustik. Waktu yang tersedia bagi mereka untuk “saling mengenal” hanya ada 2 minggu, atau kira-kira 6 kali pertemuan. Tetapi pada prakteknya, keempat musisi ini bersama-sama hanya sempat bertemu 2 kali. Kenyataan yang memang mengundang kekhawatiran.. Bahkan rencana latihan terakhir pada hari-H di lokasi pun, karena satu dan lain hal tidak sempat diselenggarakan. Set drum yang seharusnya sudah disetting pada saat check sound terakhir, baru tiba di lokasi satu jam sebelum pertunjukan dimulai. Dan ini hanyalah satu dari beberapa kekhawatiran lainnya yang dirasakan oleh KlabJazz di hari-hari menjelang berlangsungnya penyelenggaraan.

Penyelenggaraan jazzsphere@artspace merupakan penyelenggaraan perdana KlabJazz untuk sebuah penyelenggaraan yang berskala besar. Ini juga berlaku bagi Selasar Sunaryo Art Space bagi penyelenggaraan musik apresiatif seperti musik jazz ini. Apapun yang akan kami hadapi di malam penyelenggaraan akan menjadi malam yang sangat menentukan bagi kedua belah pihak. Terlebih lagi jazzsphere@artspace diselenggarakan di Amphitheater yang terbuka di awal bulan bermusim hujan yang beberapa hari sebelumnya telah memperlihatkan tanda-tandanya.

Hal lain yang ‘sedikit’ mengundang kekhawatiran adalah adanya animo yang sangat besar dari khalayak peminat musik jazz. Empat hari sebelum hari-H tanda masuk yang mulai dikeluarkan seminggu sebelum hari-H pun telah habis dipesan. Menimbang kebiasaan Selasar Sunaryo Art Space yang hampir tidak pernah mengeluarkan tanda masuk alias cuma-cuma, kemungkinan terkumpulnya massa peminat musik jazz pada hari-H di lokasi pertunjukan tentunya besar. Akhirnya panitya berinisiatif untuk mengeluarkan tanda masuk tambahan (berdiri) yang akan dikeluarkan satu jam sebelum penyelenggaraan dimulai.

PENYELENGGARAAN
Walau beberapa kehawatiran yang sifatnya minor, seperti misalnya: beberapa kali feedback yang terjadi pada Krishnan Mohamad Project, akibat setting sound untuk peralatan tambahan bagi Krishnan Mohamad Project yang memang tidak sempat dilakukan. Eksekusi kerjasama antara pemusik Krishnan Mohamad Project yang terdengar masih jauh dari standar minimal untuk sebuah pertunjukan berskala jazzsphere@artspace, dan tata cahaya bagi penonton yang berkesan minimalis (walau diakui oleh Riza Arshad bahwa ia justru menyukainya). Secara keseluruhan acara jazzsphere@artspace boleh dikatakan sukses. Kekhawatiran akan turunnya hujan yang akan berakibat fatal bagi penyelenggaraan pun tidak terjadi. Alhamdulillah.

19.30
Walau tanda masuk sudah habis terpesan, namun tepat pukul 19.30 Amphitheater terlihat masih belum terisi penuh. Beberapa laporan mengatakan bahwa di beberapa tempat kota Bandung saat itu, bahkan di sekitar Jl. Dago hujan turun dengan lebatnya. Beberapa orang bahkan membatalkan keberangkatannya karena beranggapan bila di tempat mereka turun hujan (tinggal di daerah KPAD Gerlong, Setiabudhi), di Selasar Sunaryo pun demikian. Baru pada pukul 19.45, seluruh sudut Amphitheater terlihat sudah terisi. Untuk menciptakan atmosphere sebuah konser jazz, sejak pukul 19.15 KlabJazz melengkapi penyelenggaraan malam itu dengan menayangkan melalui proyeksi komputer ke layar lebar di atas-belakang panggung beberapa ‘slide show’, di antaranya ‘slide’ “Riwayat JAZZ Selayang Pandang” dan ‘slide’ “jazzsphere@artspace”, diiringi dengan musik dari CD Pat Metheny Trio (Warner Bros.) yang sengaja dipilih karena mampu menciptakan suasana malam jazz yang akrab, di samping juga memiliki sound yang tidak sama dengan kelompok-kelompok yang akan tampil pada saat itu, namun juga tidak berkesan kontras.

19.45
Pukul 19.45, jazzsphere@artspace pun dibuka. Setelah berbasa-basi menyambut kedatangan khalayak yang memadati Amphitheater yang berkapasitas sekitar 200 orang, MC terlebih dahulu memberi kesempatan kepada Pak Sunaryo selaku pemilik Selasar Sunaryo Art Space untuk memberikan sekedar sambutannya yang digunakan oleh beliau untuk menerangkan latar belakang mengapa Selasar Sunaryo Art Space baru menyelenggarakan pertunjukan musik jazz, setelah memasuki usia Selasar yang ke-6 pada 5 September yang lalu.

Usai sambutan Pak Sunaryo, MC pun memanggil Krishnan Mohamad Project untuk membuka malam jazzsphere@artspace diiringi dengan tayangan ‘slide’ singkat berisi informasi mengenai personil dan repertoire yang akan mereka bawakan pada malam itu yang diproyeksikan melalui layar lebar pada salah satu sudut Amphitheater.

19.50
Krishnan Mohamad Project (KMP).

Format gitar akustik, drum, akordeon dan biola harus diakui merupakan format yang beresiko, walau tidak menutup kemungkinan terjadinya sebuah terobosan bila kerjasama di antara pemusiknya terjadi secara alami. Namun mungkin waktu yang disediakan bagi mereka relatif terlalu singkat, dan dari yang tersedia pun tidak tergunakan secara efektif. Hasil ‘terobosan’ yang diharapkan dari format Krishnan Mohamad Project pun belum bisa dirasakan oleh penonton. Kendala teknis yang terjadi di awal-awal pertunjukan mau tidak mau mempengaruhi suasana hati bermain mereka. Bila saja waktu yang tersedia cukup panjang bagi mereka berlatih, kemungkinan “chemistry” antara pemain pun bisa terjadi, dan itu adalah bekal utama untuk keberhasilan sebuah “working group”. Bila berhasil, menilik dari para pemain dan latar belakang musikalnya; Krishnan pada gitar akustik dengan jazz dan klassiknya, Tiwi pada akordeon dan vokal dengan “world music”nya, Henky pada drum dengan bebopnya, dan Nia pada biola dengan pop dan popklassiknya, bisa dipastikan bisa menanamkan kesan yang mendalam pada khalayak yang menyaksikannya. Malam itu KMP membawakan repertoar; “Waltz for Debby” (Bill Evans), “Spain” (Chick Corea), “Tema di G” (Krishnan Mohamad) dan “Because of You” (Keith Martin).

20.20
simakDialog

simakDialog didirikan oleh pianis, keyboardis dan akordeonis Riza Arshad bersama drummer Arie Ayunir, gitaris Tohpati dan bassis Indro pada tahun 1993. Hingga saat ini mereka telah merilis tiga buah album; “Lukisan” dirilis tahun 1996, “Baur” dirilis tahun 1999 dan “Trance/Mission” dirilis tahun 2002. Sejak album “Trance/Mission” elemen musik yang memperkaya konsep musik mereka ditambah dengan kehadiran instrumen tradisi Sunda, kendang. Pada formasi terakhir ini, penabuh kendang Jalu G. Pratidina digantikan oleh penabuh kendang “asli” bernama Endang Ramdan, sementara Adhitya penuh mengisi pos bass dan drummer samasekali ditiadakan. Secara keseluruhan penampilan simakDialog malam itu “sempurna!”, kalau ada pendapat-pendapat lain, tidak mengubah ke”sempurna”an yang telah disebutkan tadi.

Pendapat-pendapat lain yang sempat dihimpun itu di antaranya:
“..Tohpati bermain sangat sempurna, kecuali saat ia menggunakan banyak efek pada gitarnya.., lain kali kalau bisa kurangi mengandalkan efek…”.

“Tentu saja Endang Ramdan bermain begitu memikat karena memang pemain kendang manapun bila bermain pada format elektrik jazz seperti simakDialog akan terlihat begitu menyolok…”.

“Adhit, pas benar bermain sebagai pengiring, salah satu bukti bahwa keberhasilan sebuah grup tidak selalu mengandalkan pada improvisasi setiap pemain…”.

“Riza … hmm, boleh dibilang ‘tidak tercela’, membuat saya penasaran bagaimana kalau suatu waktu ia tampil bersolo piano…”.

Etc., etc..


Malam itu simakDialog membawakan 9 buah karya mereka, satu (“Zaman Telah Berganti”) diangkat dari album perdana mereka ‘Lukisan’, album yang sudah tidak lagi bisa diperoleh di pasar, satu (“One Has To Be”) diangkat dari album ke-2 ‘Baur’, empat dari album terakhir ‘Trance/Mission’, dan tiga (“Kemarau”, “Spur of the moment” dan “Worth Seeing”) merupakan karya-karya terbaru mereka yang akan dimuat pada album ke-4 mereka, yang rencananya baru akan dirilis awal tahun 2005 mendatang (saat sekarang mereka tengah keluar-masuk studio untuk proses perampungannya).

22.10
SELESAI

:: Dwi Cahya Yuniman, 20 Oktober 2004.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails